Kemenangan Hanya Awal

 KEMENANGAN HANYA AWAL

Apa yang kamu pikirin ketika udah berhasil sukses meraih impianmu?

Apa yang kamu rasain ketika udah menang melawan 'musuhmu'? Seneng? Bahagia? Yakin, cuman itu aja?

Ternyata di Surah An-Nasr, kita gak cuman dikasih tau tentang the real kemenangan.

Tapi ada hal lagi yang lebih penting daripada kemenangan itu sendiri.

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima tobat.” (QS. An-Nasr:1-3)

Artinya, setelah menang, kita harus balik lagi ke Allah, bersyukur, dan minta ampun. Kemenangan itu bukan garis finish, tapi titik awal buat lebih dekat sama Allah dan terus memperbaiki diri.

Para pahlawan kita bertaruh nyawa demi kemerdekaan, bukan hanya untuk dirayakan, tapi untuk memastikan Indonesia bisa berkembang dan makmur. Tugas kita setelah merdeka adalah memanfaatkan kebebasan itu dengan bijak—membangun bangsa, berkontribusi positif, dan tetap bersyukur.


Jadi, seperti yang diajarkan di Surah An-Nasr, setelah meraih kemenangan, kita harus fokus terus memperbaiki diri. Pastikan kemenangan itu nggak cuma sekadar momen, tapi memastikan bahwa kemenangan itu membawa manfaat lebih dalam hidup kita dan masyarakat, dan juga dapetin berkah ridha dari Allah.

Semoga setiap kemenangan yang kita nikmati menginspirasi kita untuk terus berbuat baik dan membangun masa depan yang lebih baik.

Yayasan griya bina yamuti merupakan Lembaga sosial keagamaan, dan pendidikan, cukup dikenal oleh masyarakat luas. Sahabat bisa menitipkan sedekah donasi melalui Rekening yayasan BSI : 2217081947 An Yayasan griya bina yamuti.

Konfirmasi Admin: 083164863628 / +6281299727533

Share:

Cara Menghargai Jasa Pahlawan Kemerdekaan

 



Dalam setiap hembusan angin kemerdekaan yang kita hirup, tersimpan kenangan tentang pengorbanan para pejuang terdahulu yaitu para pahlawan yang telah berjuang dengan segenap jiwa dan raga harta untuk memerdekakan negeri ini. Pahlawan-pahlawan kemerdekaan bukan hanya sekadar nama yang tertulis dalam buku sejarah, melainkan simbol dari semangat juang dan cinta tanah air yang tak tergoyahkan.

 Mereka, para pahlawan itu adalah insan-insan pilihan yang rela menukar kebahagiaan pribadi dengan kebebasan untuk generasi penerus. Lantas, bagaimana seharusnya kita menghargai jasa-jasa para pahlawan?

 Cara Menghargai Jasa Pahlawan Kemerdekaan

 Menghargai jasa pahlawan kemerdekaan bukan sekadar dengan mengheningkan cipta dalam upacara formal atau menabur bunga di makam mereka. Lebih dari itu, menghargai jasa pahlawan adalah dengan meneruskan semangat juang mereka dalam kehidupan sehari-hari. Semangat juang ini harus tercermin dalam sikap, tindakan, dan pemikiran kita sebagai warga negara yang bertanggung jawab.

 1. Mendoakan Para Pahlawan

 Akhirnya, sebagai seorang muslim, menghargai jasa pahlawan juga harus diwujudkan dalam doa. Mendoakan para pahlawan yang telah gugur agar mereka mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah adalah bentuk penghormatan yang paling tinggi. Doa juga menjadi pengingat bagi kita bahwa segala perjuangan yang kita lakukan di dunia ini tidak lain adalah untuk mencari rida Allah dan kemuliaan di akhirat.

 Menghargai jasa pahlawan kemerdekaan bukanlah tugas yang ringan, tetapi merupakan kewajiban kita sebagai bangsa yang telah menikmati hasil perjuangan mereka. Dengan menjaga kemerdekaan, menghargai nilai-nilai perjuangan, melestarikan warisan budaya, memberikan pendidikan yang baik, dan mendoakan para pahlawan, kita tidak hanya mengenang jasa mereka, tetapi juga meneruskan semangat juang mereka dalam kehidupan kita sehari-hari. Inilah cara kita, sebagai umat Islam dan warga negara Indonesia, menghargai jasa pahlawan kemerdekaan.

 Sahabat, cara lainnya yang bisa kita lakukan dalam menghargai jasa para pahlawan adalah dengan membahagiakan para veteran pejuang kemerdekaan. Dengan berbagi kebahagiaan bagi mereka, maka sejatinya kita sedang merawat para saksi sejarah yang menggoreskan tinta emas pada kemerdekaan Indonesia.

 2. Menjaga dan Mempertahankan Kemerdekaan

Salah satu cara yang paling nyata untuk menghargai jasa pahlawan adalah dengan menjaga dan mempertahankan kemerdekaan yang telah mereka raih. Kemerdekaan bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh, melainkan anugerah besar yang harus dijaga dengan sepenuh hati.

 Menjaga kemerdekaan berarti terus melindungi kedaulatan bangsa dari segala bentuk ancaman, baik dari luar maupun dari dalam negeri. Ini bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti mematuhi hukum, berperan aktif dalam kehidupan demokrasi, hingga menolak segala bentuk tindakan yang bisa merusak persatuan bangsa.

 3. Menghargai Nilai-Nilai

 Selain itu, menghargai jasa pahlawan juga berarti menghargai nilai-nilai yang mereka perjuangkan. Nilai-nilai ini meliputi kebebasan, keadilan, dan persatuan. Kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan tanpa batas, tetapi kebebasan yang diiringi dengan tanggung jawab.

 Sebagai umat Islam, kita harus mengingat bahwa kebebasan ini harus selalu dijaga dalam koridor syariat dan moral yang baik. Keadilan juga harus menjadi landasan dalam setiap tindakan kita, baik dalam hubungan sosial, ekonomi, maupun politik. Dan yang tak kalah pentingnya, persatuan harus tetap menjadi prioritas utama dalam kehidupan bermasyarakat, mengingat betapa beragamnya bangsa ini.

Baca Juga:  MAKNA KEMERDEKAAN DALAM ISLAM

 4. Menjaga dan Melestarikan Warisan budaya

 Menghargai jasa pahlawan juga berarti menjaga dan melestarikan warisan budaya serta nilai-nilai luhur bangsa. Pahlawan kita, dengan segala pengorbanannya, telah mewariskan kekayaan budaya dan nilai-nilai luhur yang harus kita jaga dan kembangkan.

 Warisan budaya ini bukan hanya berbentuk benda-benda fisik, tetapi juga tradisi, bahasa, dan kearifan lokal yang harus kita pertahankan sebagai identitas bangsa. Dalam konteks Islam, menjaga warisan ini juga berarti menjaga ajaran-ajaran Islam yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya bangsa.

 5. Memberikan Pendidikan yang Baik kepada Penerus Bangsa

Lebih dari itu, menghargai jasa pahlawan adalah dengan memberikan pendidikan yang baik kepada generasi penerus. Pendidikan adalah kunci untuk menjaga kelangsungan semangat perjuangan dan kemerdekaan.

 Melalui pendidikan, kita dapat menanamkan nilai-nilai perjuangan, patriotisme, dan cinta tanah air kepada anak-anak kita. Dengan pendidikan yang baik, kita memastikan bahwa generasi penerus akan mampu meneruskan perjuangan para pahlawan dengan cara yang relevan dengan zamannya.

 Ayah bunda sahabat baik, bisa ikut bersama-sama membahagiakan generasi penerus kemerdekaan Indonesia melalui program donasi anak-anak Yatim dhuafa binaan yayasan Griya bina melalui rekening BSI : 2217081947 an yayasan griya bina yamuti.

Share:

MAKNA KEMERDEKAAN DALAM ISLAM

 

MAKNA KEMERDEKAAN DALAM ISLAM


Kemerdekaan adalah anugerah yang sangat berharga, tidak hanya dalam konteks bernegara, tetapi juga dalam kehidupan spiritual dan sosial seorang muslim. Dalam Islam, kemerdekaan memiliki makna yang mendalam, mencakup aspek-aspek yang lebih luas dari sekadar terbebas dari penjajahan fisik. Kemerdekaan dalam pandangan Islam meliputi kebebasan jiwa, pemikiran, dan kebebasan dari penghambaan kepada selain Allah Swt.


Islam menekankan bahwa hakikat kemerdekaan sejati adalah ketika seseorang mampu memerdekakan dirinya dari segala bentuk perbudakan selain kepada Allah Swt. Dalam hal ini, kemerdekaan bukan hanya soal lepas dari belenggu fisik, tetapi juga terbebas dari keterikatan pada hawa nafsu, materi, serta tekanan sosial yang dapat menjauhkan manusia dari Tuhannya.


Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Al-Qur'an, "Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku." (Q.S. Adz-Dzariyat: 56). Ayat ini menegaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah Swt., dan kemerdekaan hakiki adalah ketika seseorang dapat menjalankan ibadah tersebut dengan ikhlas dan tulus.


Kemerdekaan dalam Islam


Kemerdekaan dalam Islam adalah kebebasan yang terarah, dimana seorang muslim memahami batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. dalam Al-Qur'an dan sunah.


Maksudnya, kemerdekaan bukan berarti bebas melakukan apa saja tanpa batas, tetapi bebas dalam menjalankan syariat Islam tanpa paksaan dari pihak manapun. Seorang muslim yang merdeka adalah mereka yang tidak terikat oleh apapun selain aturan dan kehendak Allah Swt. Dengan demikian, kebebasan dalam Islam adalah kebebasan yang terjaga dan terlindungi, bukan kebebasan yang liar dan tanpa arah.


Selain itu, kemerdekaan dalam Islam juga mencakup kebebasan berfikir dan berpendapat, namun tetap dalam koridor yang sesuai dengan ajaran Islam. Islam tidak membelenggu umatnya dari proses berpikir kritis dan pengembangan ilmu pengetahuan.


Justru, Islam mendorong setiap individu untuk terus belajar dan memperdalam ilmunya, sebagaimana sabda Rasulullah saw., "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim." Kebebasan berfikir ini adalah salah satu bentuk kemerdekaan yang dimuliakan dalam Islam, namun tetap harus berada dalam bingkai keimanan dan ketakwaan.


Makna Kemerdekaan dalam konteks sosial


Dalam konteks sosial, kemerdekaan dalam Islam juga menuntut umatnya untuk membebaskan diri dari kezaliman, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Umat Islam diajarkan untuk memperjuangkan keadilan, kebenaran, dan hak asasi manusia, serta melawan segala bentuk tirani dan penindasan. Islam memandang bahwa tidak ada perbedaan antara manusia kecuali dalam hal ketakwaan, sehingga setiap bentuk diskriminasi atau penindasan harus dihapuskan.


Dengan demikian, makna kemerdekaan dalam Islam adalah kebebasan yang sejati, yang hanya dapat dicapai dengan tunduk sepenuhnya kepada Allah Swt., Sang Pencipta. Kemerdekaan bukan sekadar kebebasan fisik dari penjajahan, tetapi juga mencakup kebebasan spiritual, intelektual, dan sosial yang sesuai dengan tuntunan syariat. Seorang muslim yang merdeka adalah mereka yang mampu menjalankan hidupnya dengan penuh ketaatan kepada Allah Swt., dan dengan itulah mereka mencapai kebahagiaan dan kemuliaan yang hakiki.




Share:

APA YANG HARUS DILAKUKAN ISTRI BILA DAPAT KDRT DARI SUAMI?

PA YANG HARUS DILAKUKAN ISTRI BILA DAPAT KDRT DARI SUAMI?



Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah isu serius yang dapat menghancurkan keharmonisan keluarga. Dalam pandangan Islam, rumah tangga seharusnya menjadi tempat yang penuh kasih sayang dan ketentraman, di mana suami dan istri saling melindungi, menghormati, dan mengasihi satu sama lain. Namun, bagaimanakah jika seorang istri mengalami KDRT dari suaminya? Apa yang harus dilakukan istri? Berikut penjelasannya!


1. Memahami KDRT dalam Pandangan Islam

Islam menentang segala bentuk kekerasan, termasuk KDRT. Rasulullah saw. dalam banyak hadisnya menekankan pentingnya memperlakukan istri dengan baik. Salah satu hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Rasulullah saw. bersabda:

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istri-istriku.” (H.R. At-Tirmidzi).

Hal ini menunjukkan bahwa kekerasan terhadap istri, baik secara fisik, verbal, maupun emosional, adalah tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

2. Mengambil Langkah untuk Melindungi Diri

Jika seorang istri mengalami KDRT, langkah pertama yang harus diambil adalah melindungi dirinya dari bahaya. Islam memberikan hak kepada istri untuk menjaga keselamatan dirinya. Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran:

“Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan ...” (Q.S. Al-Baqarah: 195).

Artinya, jika KDRT yang dialami istri mengancam nyawa atau kesehatan, maka istri harus segera mencari tempat yang aman, baik dengan meminta bantuan keluarga, sahabat, atau pihak berwenang.


3. Mencari Nasihat dan Bimbingan dari Ulama

Dalam menghadapi KDRT, penting bagi istri untuk mendapatkan bimbingan dari ulama atau konselor keluarga yang memahami ajaran Islam. Dengan nasihat yang tepat, istri dapat mengetahui hak-haknya dalam Islam dan langkah-langkah yang bisa diambil, termasuk apakah perlu mempertimbangkan perceraian jika situasi semakin memburuk. Ulama seperti Buya Yahya sering kali menekankan pentingnya musyawarah dan mediasi sebelum mengambil keputusan yang lebih drastis.

4. Mempertimbangkan Perceraian sebagai Pilihan Terakhir

Islam memandang perceraian sebagai solusi terakhir dalam masalah rumah tangga. Namun, jika KDRT terus berlanjut dan tidak ada tanda-tanda perubahan dari suami, maka perceraian dapat menjadi jalan keluar untuk menjaga kehormatan dan keselamatan istri.

Allah Swt. berfirman dalam Al-Quran:

“Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberikan kecukupan kepada masing-masing dari limpahan karunia-Nya.” (Q.S. An-Nisa: 130).

Ayat ini menunjukkan bahwa Islam tidak memaksa istri untuk bertahan dalam pernikahan yang penuh dengan kekerasan.

5. Menuntut Hak di Pengadilan

Di Indonesia, KDRT diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Istri yang menjadi korban KDRT berhak untuk melaporkan tindakan kekerasan tersebut kepada pihak berwenang dan menuntut haknya di pengadilan. Dalam hal ini, Islam mendukung upaya untuk mendapatkan keadilan dan melindungi diri dari tindakan zalim yang dilakukan oleh pihak suami.


Kesimpulan

KDRT adalah masalah serius yang tidak boleh dianggap remeh. Seorang istri yang mengalami KDRT harus segera mengambil langkah untuk melindungi dirinya, mencari bimbingan dari ulama, dan mempertimbangkan pilihan-pilihan yang ada sesuai dengan ajaran Islam. Orang-orang sekitar yang mengetahui KDRT pun tidak boleh diam begitu saja. Mereka sebisa mungkin perlu melindungi korban KDRT agar kekerasan yang sama tidak terulang kembali atau bertambah menjadi lebih parah.

Ingatlah, bahwa Islam memberikan hak kepada istri untuk hidup dalam kedamaian dan keselamatan, serta tidak memaksanya untuk bertahan dalam pernikahan yang berbahaya. Jika situasi benar-benar tidak bisa diperbaiki, perceraian bisa menjadi solusi untuk menjaga martabat dan keselamatan istri.


Demikianlah pembahasan seputar hal-hal yang harus dilakukan istri ketika KDRT menimpanya. Semoga tulisan ini bisa memberikan pencerahan.

YAYASAN GRIYA BINA YAMUTI mengajak Sahabat untuk berinfak setiap hari melalui REK BSI: 2217081947 An Yayasan griya bina yamuti 




Share:

Program Malam Bina Taqwa


 Sabtu-ahad 10-11 agustus 2024

Program Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT)

Malam Bina Iman dan Taqwa (MABIT) adalah sebuah program pendidikan Islam yang bertujuan untuk membina jiwa seorang Muslim agar menjadi pribadi yang cerdas secara jasmani dan rohani. Kegiatan MABIT biasanya dilakukan dalam rangka melaksanakan program yayasan griya bina yamuti  dan memberikan bekal kepada peserta didik dalam segi kerohanian dan kemandirian.

Shalat Berjamaah: Peserta MABIT berkumpul untuk melaksanakan shalat berjamaah, memperkuat hubungan dengan Allah dan sesama.

Ngaji dan Tadarus Qiroat, Al-Quran: Peserta belajar membaca dan memahami Al-Quran, serta menghafal ayat-ayat suci.

Doa Bersama: Peserta berdoa bersama untuk memperkuat iman dan memohon keberkahan.

Edukasi Bangun Pagi: Peserta (Anak2 binaan) diberikan pemahaman tentang pentingnya memulai hari dengan niat yang baik dan tulus.

public speaking adalah kegiatan komunikasi lisan yang dilakukan secara langsung di muka umum atau di hadapan sekelompok orang, mempersiapkan peserta didik agar berani tampil menyampaikan dihadapan umum.

Solat Tahajud: Kegiatan solat tahajud dilakukan di penghujung malam hari, memperdalam hubungan spiritual dengan Allah.

Pergaulan Remaja Menurut Islam: Peserta diajarkan tentang adab pergaulan, termasuk pertemanan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Olahraga: Selain aspek rohani, MABIT juga memperhatikan kesehatan jasmani peserta dengan mengadakan kegiatan olahraga pada pagi hari.

Semua kegiatan ini diawasi oleh para guru dan pemimpin MABIT, dengan tujuan membentuk pribadi yang lebih mandiri, bertanggung jawab, dan taat beragama. Semoga program MABIT memberikan manfaat bagi peserta dan memperkuat iman serta ketaqwaan mereka kepada Allah SWT.

#peduliyatimdhuafa #semart

Share:

Masuk Surga dengan Cara Merangkak

Abdurrahman bin Auf disebut Rasulullah sebagai contoh kebangkitan seorang Muslim.


Berkat kedekatannya sebagai sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq, Abdurrahman bin Auf menjadi salah seorang laki-laki yang paling awal masuk Islam. Sejarah mencatat, saudagar yang brilian itu merupakan orang kedelapan yang menyatakan diri Muslim kepada Rasulullah SAW pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi.


Seperti dinarasikan kitab Al-'Asyratu al-Mubasysyaruna bi al-Jannati karya Abdullatif Ahmad 'Aasyur (1988), Abdurrahman telah teguh hatinya berjuang di jalan Allah. Ia mengorbankan harta benda serta jasadnya untuk kejayaan Islam.


Dalam Perang Uhud, misalnya, Abdurrahman mendapatkan 20 luka parah di tubuhnya. Salah satunya bahkan menyebabkan dirinya pincang dan beberapa giginya rontok sehingga mengurangi kemampuannya berbicara lancar.


Abdurrahman dikenal luas sebagai saudagar sukses, sebagaimana sahabatnya, Abu Bakar. Namun, kekayaan itu tidak menghalanginya dari beribadah kepada Allah. Ia merupakan salah satu pilar dakwah Islam yang telah dibina langsung Rasulullah.

Ketika peristiwa hijrah ke Madinah, Abdurrahman meninggalkan seluruh harta dan aset perdagangannya dirampas kaum kafir Quraisy di Makkah. Begitu pula sebelumnya, ketika ia ikut dalam rombongan Muslim hijrah ke negeri Habasyah.


Namun, kepergiannya dari kampung halaman belakangan menunjukkan kepiawaiannya berniaga. Mayoritas penduduk setempat Kota Madinah, yakni kaum Anshar, bekerja sebagai petani. Hal yang kontras dengan karakteristik orang Makkah yang kebanyakan pedagang.

Ikatan persaudaraan dibentuk Rasulullah dengan tujuan mengasimilasikan dua potensi tersebut. Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sa'ad ibnu ar-Rabi' al-Autsari, sosok kaya raya di Madinah.


Saad berkata, "Hartaku separuhnya untukmu (Abdurrahman) dan aku akan berusaha menikahkan kamu (dengan perempuan Anshar)."

Mendengar itu, Abdurrahman menjawab, "Semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu. Tunjukkan saja, di mana tempat pasar perdagangan?"


Selama di Madinah, Abdurrahman merintis perniagaan keju dan minyak samin. Tidak membutuhkan waktu lama, laba perdagangan kian meningkat. Oleh Rasulullah SAW, apa yang dilakukan Abdurrahman dijadikan contoh bagaimana seorang Muslim bangkit.



Nabi SAW bersabda ketika ditanya perihal penghasilan apa yang paling baik, "Apa yang dihasilkan orang dari pekerjaan tangannya dan semua jual beli mabrur" (HR Bukhari dan al-Hakim)


Seperti dinarasikan kitab Al-'Asyratu al-Mubasysyaruna bi al-Jannati karya Abdullatif Ahmad 'Aasyur (1988), Abdurrahman telah teguh hatinya berjuang di jalan Allah. Ia mengorbankan harta benda serta jasadnya untuk kejayaan Islam.

Dalam Perang Uhud, misalnya, Abdurrahman mendapatkan 20 luka parah di tubuhnya. Salah satunya bahkan menyebabkan dirinya pincang dan beberapa giginya rontok sehingga mengurangi kemampuannya berbicara lancar.


Abdurrahman dikenal luas sebagai saudagar sukses, sebagaimana sahabatnya, Abu Bakar. Namun, kekayaan itu tidak menghalanginya dari beribadah kepada Allah. Ia merupakan salah satu pilar dakwah Islam yang telah dibina langsung Rasulullah.


Ketika peristiwa hijrah ke Madinah, Abdurrahman meninggalkan seluruh harta dan aset perdagangannya dirampas kaum kafir Quraisy di Makkah. Begitu pula sebelumnya, ketika ia ikut dalam rombongan Muslim hijrah ke negeri Habasyah.


Namun, kepergiannya dari kampung halaman belakangan menunjukkan kepiawaiannya berniaga. Mayoritas penduduk setempat Kota Madinah, yakni kaum Anshar, bekerja sebagai petani. Hal yang kontras dengan karakteristik orang Makkah yang kebanyakan pedagang.

Ikatan persaudaraan dibentuk Rasulullah dengan tujuan mengasimilasikan dua potensi tersebut. Abdurrahman dipersaudarakan dengan Sa'ad ibnu ar-Rabi' al-Autsari, sosok kaya raya di Madinah.


Saad berkata, "Hartaku separuhnya untukmu (Abdurrahman) dan aku akan berusaha menikahkan kamu (dengan perempuan Anshar)."

Mendengar itu, Abdurrahman menjawab, "Semoga Allah memberkahi keluargamu dan hartamu. Tunjukkan saja, di mana tempat pasar perdagangan?"


Selama di Madinah, Abdurrahman merintis perniagaan keju dan minyak samin. Tidak membutuhkan waktu lama, laba perdagangan kian meningkat. Oleh Rasulullah SAW, apa yang dilakukan Abdurrahman dijadikan contoh bagaimana seorang Muslim bangkit.

Nabi SAW bersabda ketika ditanya perihal penghasilan apa yang paling baik, "Apa yang dihasilkan orang dari pekerjaan tangannya dan semua jual beli mabrur" (HR Bukhari dan al-Hakim).


Di Madinah, kaum Muslimin dari kalangan Anshar, terutama Muhajirin, mulai bangkit dari keterpurukan. Tidak ada di antara mereka yang menganggur dari pekerjaan.

Besarnya kafilah dagang Abdurrahman digambarkan dalam riwayat Imam Ahmad dari Anas RA. Ketika Aisyah RA sedang di rumahnya, ia mendengar suara gaduh menggema di Kota Madinah.


Sang ummul mukminin bertanya, "Apa itu?"

Maka dijawab, "(Itu) kafilah unta milik Abdurrahman yang tiba dari Syam, membawa segala macam barang sebanyak 700 unta."

Aisyah berkata, "Aku pernah mendengar Nabi SAW bersabda, 'Aku lihat Abdurrahman memasuki surga dengan merangkak."

Kesaksian Aisyah itu akhirnya sampai kepada Abdurrahman, yang lantas menyedekahkan muatannya itu untuk berjihad di jalan Allah. Ia tidak ingin harta bendanya memperlambat langkah kakinya kelak memasuki surga.


Kecintaan Abdurrahman kepada Rasulullah SAW ditunjukkan dalam beragam cara. Ketika perniagaannya sudah berkembang pesat, Abdurrahman diberi anjuran oleh Nabi SAW, "Wahai Abdurrahman, kamu sekarang menjadi orang kaya dan kamu akan masuk surga dengan merangkak. Pinjamkanlah hartamu kepada Allah agar lancar kedua kakimu" (HR al-Hakim dalam al-Mustadrak).


Maksud dari "meminjamkan harta kepada Allah" ialah banyak-banyak bersedekah dan infak untuk kepentingan syiar Islam.


Rek sedekah:
BSI: 2217081947
An Yayasan griya bina yamuti

#peduliyatimdhuafa #yuksedekah

Share:

Kegiatan Bulan Desember

Kegiatan Terbaru

SEDIKIT DEMI SEDIKIT LAMA-LAMA JADI SELANGIT

  Kisah Albert Lexia dari Pennsylvania, Amerika Serikat, menggerakkan hati banyak orang. Ia menghabiskan 30 tahun hidupnya sebagai penyemir ...