Tartil dalam Membaca Al-Quran

 HAL YANG PENTING DALAM MEMBACA AL-QURAN


اَÙˆْ زِدْ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَرَتِّÙ„ِ الْÙ‚ُرْاٰÙ†َ تَرْتِÙŠْÙ„ًاۗ


"atau lebih dari (seperdua) itu. Bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan." QS. Al-Muzzammil: 4. 


Allah Ta’ala, dalam Surat Al-Muzzammil ayat 4, mengajarkan kita untuk membaca Al-Quran dengan tartil, yaitu dengan perlahan dan penuh perhatian. Tartil bukan hanya melafalkan dengan benar, tetapi juga menggali makna dan hikmah. Ayat ini mengajak kita menghadirkan hati dan pikiran, agar cahaya dan kasih sayang Allah meresap ke dalam diri kita. 


5 Pentingnya Tartil dalam Membaca Al-Quran


Tadabbur dengan Perbuatan: Al-Hasan Al-Bashri mengisahkan seorang sahabat Nabi yang melewati seorang lelaki yang membaca Al-Quran sambil menangis dan mengulang-ulang ayatnya. Sang sahabat berkata, "Tidakkah kamu mendengarkan firman Allah Ta’ala: 'Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan'." Lelaki itu pun menjawab, "Inilah tartil." Kisah ini mengingatkan kita bahwa tartil adalah cara membaca Al-Quran dengan penuh perenungan dan perasaan.


Melunakkan Hati: Membaca Al-Quran dengan tartil, perlahan dan jelas, memberikan ruang bagi pikiran untuk merenungkan dan memahami maknanya. Hal ini melunakkan hati, mengisinya dengan cahaya dan kasih sayang, serta membuat kita lebih dekat dengan Allah Ta’ala.


Makna Ayat Muncul dengan Tartil: Ayat ini menegaskan pentingnya membaca Al-Quran dengan tartil untuk menghadirkan hati dan memahami makna ayat-ayat. Tanpa tartil, kita bisa melewatkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Quran seperti menemukan permata namun tidak menyadari nilainya karena kelalaian.


Merenungkan Setiap Ayat dengan Tartil: Saat kita sampai pada ayat yang mengingatkan kepada Allah Ta’ala, kita merasakan keagungan-Nya. Ketika menghadapi ayat tentang janji dan ancaman Allah Ta’ala, muncul harapan dan ketakutan yang tulus kepada-Nya. Sebaliknya, membaca dengan tergesa-gesa menunjukkan kurangnya kesadaran akan makna ayat-ayat tersebut.


Perintah Allah untuk Membaca dengan Tartil: Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk membaca Al-Quran dengan tartil karena cara ini membawa banyak manfaat. Tartil memungkinkan kita merenung, menggerakkan hati, beribadah dengan lebih khusyuk, dan bersiap siaga secara sempurna untuk menerima petunjuk-Nya. Dengan tartil, kita bisa lebih mendalami makna Al-Quran, merasakan kehadiran Allah Ta’ala, serta menyerap hikmah dan petunjuk-Nya dengan lebih baik.





Dengan mengamalkan tartil dalam membaca Al-Quran, kita memenuhi keinginan Allah Ta'ala untuk berinteraksi dengan kitab-Nya dengan penuh penghayatan, sehingga setiap ayat yang dibaca tidak hanya menjadi kata-kata, tetapi juga petunjuk perjalanan hidup kita.


Semoga Allah Ta'ala memudahkan kita untuk selalu membaca Al-Quran dengan tartil.




Share:

Salurkan Daging Kurban 1445 H pada penerima manfaat


Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, pada tahun 2024 Yayasan griya bina yamuti menerima hewan qurban berupa domba 6 kepala termasuk diantaranya dari Hamba Allah Masjid Agung Kota Sukabumi. Penerima manfaat kali ini meningkat dari tahun lalu pada tahun ini anak-anak yatim dhuafa lebih dari 146 di 12 titik (kota dan Kab.Sukabumi ) penerima manfaat adik-adik binaan maupun warga masyrakat, terimakasih pada seluruh orang baik.

Jazakumulloh khairun katsiraan

Tidak ada satu pun dalam syariat Islam yang nirfaedah. Keagungannya bisa terlihat dari bagaimana syariat Islam mengatur hubungan manusia dengan Khalik dan sesamanya dalam takaran sempurna. Hanya kesombongan kiranya yang membuat seseorang menolak syariat Islam. Kesombongan ini dipicu oleh hawa nafsu dan kepentingan sesaat.

Salah satu contoh kesempurnaan syariat Islam bisa kita lihat dari pelaksanaan ibadah kurban. Ibadah yang dilaksanakan beriringan dengan prosesi haji itu termasuk perayaan besar bagi umat Islam. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT telah menggantikannya dalam Islam dengan dua hari yang lebih baik dan lebih mulia, yaitu hari raya kurban (Iduladha) dan hari raya fitri (Idulfitri).” (HR Abu Dawud)

 

Jika ditelaah secara makna kata, kurban berarti hewan sembelihan. Dalam syariat Islam, kurban merupakan ibadah berupa penyembelihan hewan ternak (domba/kambing, sapi, dan unta) yang dilakukan sebagai simbol pengorbanan umat muslim. Ibadah kurban dilakukan pada bulan Dzulhijjah dalam penanggalan Hijriah, tepatnya pada 10 Dzulhijjah (puncak Kurban, Ibadah Sarat Makna dan Manfaat ibadah haji) dan tiga hari berikutnya (11, 12, dan 13 Dzulhijjah) atau hari tasyrik.

 

Pada tataran pelaksanaan, ibadah ini sebaiknya tidak dipahami sebatas pemotongan hewan kurban dan memberikan kepada mereka yang berhak menerima. Karena jika itu yang dipahami, kita tidak atau sulit melihat kesempurnaan syariat Islam.

 

Ibadah kurban bila dimengerti makna dan manfaatnya, pasti membuat takjub siapa pun. Bukan hanya meneguhkan keimanan seorang muslim, tapi juga menisbikan pandangan atau tudingan mereka yang antipati terhadap syariat Islam.

 

Sarat Makna dan Manfaat

 

Berikut ini segelintir makna dari ibadah kurban: Pertama, menyebarkan kebaikan dan manfaat bagi orang lain. Daging-daging kurban yang disebarkan tentu bernilai kebaikan dan manfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, ibadah kurban punya nilai sosial, bukan hanya bersifat individu seperti salat, zikir, tadarus Quran, atau ibadah ritual lainnya.

 

Kedua, berkurban merupakan tanda seseorang mendekatkan diri dan patuh kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Hajj [22] ayat 34, “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserahdirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orangorang yang tunduk patuh (kepada Allah).”

 

Ketiga, mendapatkan kebermaknaan atas harta dari ibadah kurban. Ketika berkurban, secara tidak langsung kita merasakan makna dari harta yang dikeluarkan untuk hewan kurban. Yakni menjadi makna tersendiri dan kebahagiaan bagi kita yang berkurban.

 

Ada pun manfaat berkurban, tidak terlepas dari nilai sosial dari ibadah kurban, yakni:

 

Pertama, menjaga tali silaturahim. Hari raya kurban termasuk sarana menjalin tali silaturahim dengan orang lain. Tidak hanya satu orang, bahkan bisa kepada banyak orang. Menyukseskan kegiatan kurban dibutuhkan kebersamaan dan peranan banyak pihak, yang bisa menjadi sarana pemersatu di antara umat Islam. Tidak ada perbedaan di hari itu, semua muslim berbagi kebahagian untuk sesama.

 

Kedua, mencukupi kebutuhan gizi kaum dhuafa. Bila ditinjau dari aspek kesehatan, kurban bisa membantu memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Mengingat kebutuhan gizi masyarakat di negeri kita ini tergolong tinggi, dan tidak semuanya mampu merasakan manfaat daging. Oleh karena itu, hari raya kurban menjadi salah satu kesempatan bagi masyarakat dari kalangan bawah untuk memperbaiki asupan gizi, terutama yang berasal dari daging sapi dan kambing.

 

Ketiga, memakmurkan masjid. Pemotongan dan pembagian kurban kebanyakan dilakukan di masjid. Saat hari raya kurban, bisa dipastikan setiap masjid ramai dengan aktivitas kurban. Secara tidak langsung, kegiatan ini turut memakmurkan masjid. Masjid dimakmurkan setiap waktunya karena banyak yang melakukan ibadah Salat Ied bersama hingga proses penyembelihan.

 

Keempat, menggelorakan budidaya hewan ternak. Ini adalah manfaat lain yang bisa didapatkan untuk meningkatkan aspek peternakan. Dengan adanya ibadah kurban, maka harus ada hewan yang dikurbankan (disembelih). Peranan para peternak hewan seperti sapi, kambing, dan domba pun menjadi penting dalam membantu terlaksananya kegiatan tersebut. Ada perputaran uang yang tergolong besar dan memicu pemerataan kesejahteraan.

 

Luar biasa bukan makna dan manfaat dari ibadah kurban? Bukan receh atau sekadar hura-hura tanpa arti.


Mari kita isi terus bulan zulhijah 1445H ini dengan kebaikan-kebaikan selepas hari raya idul adha 1445h.


#pedulisesama #peduliyatimdhuafa

#24 hari menuju 1 Muharram 1446H

 

Share:

AYAT AL-QUR'AN & HADIST TENTANG CINTA DUNIA UNTUK DIRENUNGKAN



Cinta dunia dalam Bahasa Arab disebut sebagai hubbud dunya, artinya adalah rasa cinta berlebihan terhadap dunia sehingga membuat terlena dan melupakan Allah Swt.


Orang yang cinta dunia biasanya gemar melakukan sesuatu hal yang kurang bermanfaat untuk kepentingan akhirat. Di dalam pikiran orang-orang yang hubbud dunya hanyalah dunia dan dunia, mereka lupa bahwa suatu saat akan mati dan menghadapi negeri akhirat yang abadi.


Bahaya Cinta Dunia



Siapa yang begitu gila dengan dunianya, maka itu akan memudaratkan akhiratnya. Siapa yang begitu cinta akhiratnya, maka itu akan mengurangi kecintaannya pada dunia. Dahulukanlah negeri yang akan kekal abadi (akhirat) dari negeri yang akan fana (dunia).”

 (HR. Ahmad, 4:412. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan lighairihi.)


Sehingga tak heran jika cinta dunia merupakan penyakit hati yang sangat berbahaya karena bisa menggoyahkan keimanan akibat terlena harta benda duniawi yang melenakan dan membuai. Orang yang cinta dunia pun takut akan kematian. Sehingga mereka pun mengidap penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati).


Rasulullah saw. juga memperingatkan perihal cinta dunia ini dalam sabdanya, “Cinta kepada dunia adalah pangkal semua kesalahan." (H.R. Baihaqi dari Imam Hasan Al-Bashri).


Rasulullah saw. juga mengingatkan bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara. “Apalah artinya dunia ini bagiku? Apa urusanku dengan dunia? Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan dunia ini ialah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon, ia istirahat (sesaat) kemudian meninggalkannya.” (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Al-Hakim).



Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, “’Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat, pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring’ Kemudian seseorang bertanya,’Katakanlah wahai Rasulullah, apakah kami pada saat itu sedikit?’ Rasulullah berkata, ‘Bahkan kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, ‘Apa itu ’wahn’?’ Rasulullah berkata,’Cinta dunia dan takut mati.’” (H.R. Abu Daud dan Ahmad).


Maka, berhati-hatilah dengan penyakit hubbud dunya karena sangat buruk akibatnya.


“Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya,dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan baginya. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (H.R. Ahmad, Ibnu Hibban, dan Ibnu Majah).


Ayat Al-Qur’an Tentang Cinta Dunia


Selain dalam hadis Rasulullah saw., perihal hubbud dunya ini diabadikan dalam beberapa firman-Nya dalam Al-Qur’an berikut ini:


1. Surah Al-Ankabut Ayat 64


"Kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah senda gurau dan permainan. Sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya seandainya mereka mengetahui."


2. Surah Al-Hijr Ayat 3


“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya).”


3. Surah Al-Haqqah Ayat 25-29


“Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka dia berkata, ‘Alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan kepadaku. Sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku, Wahai, kiranya (kematian) itulah yang menyudahi segala sesuatu. Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah hilang dariku.’”



4. Surah Al-Munafiqun Ayat 9


“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”


5. Surah Al-Hadid Ayat 20


“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yangt tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”


Yayasan griya bina yamuti merupakan lembaga sosial keagamaan milik masyarakat Indonesia yang berada dikota Sukabumi. Sahabat bisa menitipkan donasi, infak, dan sedekahnya untuk pembinaan anak-anak yatim serta dhuafa dan biaya operasional yayasan.


Rekening sedekah terbaiknya :

BSI : 2217081947

an Yayasan Griya Bina Yamuti


Konfirmasi : +62 831-6486-3628 / +62 858-8573-6897


Lihat Cuplikan kegiatan jumat berkah



Share:

Kegiatan Bulan Desember

Kegiatan Terbaru

SEDIKIT DEMI SEDIKIT LAMA-LAMA JADI SELANGIT

  Kisah Albert Lexia dari Pennsylvania, Amerika Serikat, menggerakkan hati banyak orang. Ia menghabiskan 30 tahun hidupnya sebagai penyemir ...