BEBERAPA CARA MENANAMKAN SIKAP TANGGUNG JAWAB PADA ANAK


BEBERAPA CARA MENANAMKAN SIKAP TANGGUNG JAWAB PADA ANAK


Ikhtiar dalam mendidik anak agar mempunyai tanggung jawab.

Sikap tanggung jawab merupakan perilaku positif yang bisa membawa pelakunya pada kesuksesan. Sikap ini tak hanya harus dimiliki oleh orang dewasa saja, tetapi bisa mulai dibiasakan kepada anak-anak yang masih kecil.

Mengapa? Sebab membangun sikap bertanggung jawab tidak bisa muncul hanya sehari dua hari saja.

Bahkan, membentuk perilaku bertanggung jawab ini merupakan proses pembelajaran sepanjang masa.

Oleh karena itu, memang perlu dibiasakan serta dilatih setiap harinya. Dan waktu yang sangat cocok untuk menumbuhkan sikap bertanggung jawab adalah ketika anak-anak masih kecil. Diharapkan ketika anak sudah dewasa bisa menjadi kebiasan baik dan karakternya.

Orangtua bisa melatih sikap tanggung jawab pada anak dari hal-hal yang sederhana melalui kegiatan sehari-hari. Berikut tipsnya:


1. Memberikan Contoh Terlebih Dahulu

Hal pertama yang harus dilakukan oleh orangtua adalah memberikan contoh atau teladan yang baik kepada anak-anaknya. Anak adalah peniru yang ulung. Mereka bisa meniru perilaku orang-orang di sekitarnya. Hal ini karena anak masih belum bisa membedakan sesuatu yang baik atau buruk.

Oleh karena itu, berikanlah tuntunan contoh yang baik di depan anak. Jangan tunjukan sikap yang buruk di hadapan anak agar anak tidak mengikutinya dan menjadikan kebiasaan.


2. Latihlah dari Hal-Hal yang Kecil

Ajaklah anak untuk bertanggung jawab dengan dirinya sendiri. Misalnya perihal kebersihan diri, orangtua bisa mengajarkan anak untuk mencuci tangan sebelum makan menggunakan sabun atau membuang sampah pada tempatnya.

Agar anak mudah melakukannya, berikan kemudahan kepada anak untuk melakukannya. Misalnya, dengan menyimpan kursi khusus untuk anak sehingga anak bisa naik ke kursi tersebut untuk mencuci tangan atau menyediakan tempat sampah yang mudah dengan jangkauan anak.

Banyak hal-hal kecil yang bisa kita lakukan untuk melatih anak bertanggung jawab. Orangtua bisa melatih anak secara bertahap agar anak tidak merasa tertekan.


3. Jelaskan Tentang Makna Tanggung Jawab

Orangtua perlu memahamkan tentang apa itu tanggung jawab dan mengapa setiap orang harus bertanggung jawab. Selain itu, orangtua pun perlu mengajarkan kepada anak perihal berbagai peraturan sehari-hari dan konsekuensinya bisa tidak mematuhinya.

Dengan mengajak anak berbincang secara santai dan dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh anak, maka anak pun pelan-pelan akan mengerti mengapa ia harus bertanggung jawab dan mematuhi peraturan yang berlaku.

Orangtua pun bisa membacakan buku anak yang isinya tentang tanggung jawab. Dengan cara ini anak akan lebih mudah memvisualisakan makna tanggung jawab dari buku anak yang bergambar. Cara ini terbilang efektif dan jauh lebih menyenangkan bagi anak.


4. Libatkan Anak dalam Pekerjaan Rumah Sehari-Hari

Agar anak terbiasa bertanggung jawab dalam kehidupannya sehari-hari, maka orangtua harus melibatkan anak. Tidak perlu melibatkan dalam pekerjaan rumah yang berat, cukup yang ringan saja, dan disesuaikan dengan usia serta kemampuan sang anak.

Misalnya, melibatkan anak dalam agenda beres-beres rumah atau membereskan tempat tidur. Mungkin pekerjaan ringan tersebut akan jauh lebih lama jika dikerjakan bersama anak kecil. Namun, inti dari pembelajaran tersebut adalah melatih sikap tanggung jawab mereka. Lambat laun jika anak terus dilatih, anak pun akan terbiasa dan bisa mengerjakan sesuai dengan harapan.


5. Beri Reward dan Punishment

Untuk memotivasi anak agar memiliki sikap tanggung jawab, orangtua bisa membuat aturan reward dan punishment di dalam rumah yang aturannya telah disepakati besama dengan anak. Misalnya, jika membereskan tempat tidur sendiri, akan mendapatkan reward “bintang”. “Bintang-bintang” ini bisa dikumpulkan dan ditukar setelah mencapai jumlah tertentu menjadi makanan kesukaan atau barang yang diinginkan.  

Sebaliknya, bila anak tidak bertanggung jawab dengan tugas harian yang telah disepakati, maka anak akan mendapatkan “petir”. Misalnya, jika anak banyak mengumpulkan “petir”, maka konsekuensinya ia tidak mendapatkan uang jajan atau keinginannya ditangguhkan. Untuk menghilangkan “petir”, anak bisa melakukan hal-hal baik.


Sebaiknya orangtua memang perlu memahamkan kepada anak bahwa melakukan sikap bertanggung jawab itu tidak harus terpacu karena reward dan punishment saja. Orangtua perlu terus menyadarkan kepada anak bahwa balasan terbaik yang akan didapat anak jika bertanggung jawab adalah pahala serta keridaan dari Allah Swt. Sebaliknya, jika ia lalai dan tidak bertanggung jawab, maka Allah Swt. tidak akan suka dan bisa melahirkan dosa.


Itulah beberapa cara yang bisa diterapkan orangtua agar anak memiliki sikap tanggung jawab. Semoga tulisan ini bisa membantu dan memotivasi ya!


Bapak ibu Sahabat, jangan lupa untuk berqurban bersama yayasan griya bina yamuti dalam program qurban peduli gizi yatim dhuafa dan berdayakan peternak lokal berdaya.

Lihat Berdayakan peternak lokal


Melalui Rek yayasan:

BSI : 2217081947

An Yayasan griya bina yamuti

Share:

Kurban Amal yang sangat berkah.


 Kurban salah satu Amal yang sangat berkah.

Bapak ibu Sahabat dermawan, salah satu dari nikmat besar yang Allah berikan kepada kita adalah kita dibuat bermanfaat bagi hamba-hamba Allah lainnya. Allah yang memberikan manfaat, kita yang dipilih menjadi jalan kebaikan.

Di antara amal yang sangat barokah adalah berqurban. Ingatlah, kebahagiaan buah dari ketakwaan. Dan salah satu ciri orang bertakwa adalah orang yang sangat senang berbuat untuk sesama.

Mengeluarkan dana untuk berkurban adalah bagian dari kebahagiaan, bagian dari kemuliaan, dan bagian dari kedekatan kita dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala. 

Semoga, kita diberikan keteguhan dan kelapangan rezeki supaya bisa berqurban yang terbaik tahun ini. Aamiin.

Lihat berkahnya: Kuku bulu tanduknya kambing akan datang

#KurbanBersamaYayasangriyabinayamuti#kurbanuntuksesama #kurban1445h #kurbanpeduligiziyatimdhuafa #tebardagingkurbanbersamaYGBY #sedekahMushaf #sedekah #donasi #infak

Share:

Adakah Rencana Qurban Tahun ini?


Ayah bunda sahabat

Sudah ada rencana Mau Qurban Apa Tahun Ini?

Bagi ayah bunda yang berniat berqurban tahun ini, Yayasan griya bina yamuti menerima dan menyalurka hewan qurban sesuai dengan Anda.

Mau kambing/domba, sapi? Yuk b Semuanya ada. Tenang! Hewan qurban yang ditawarkan ini sudah sesuai dengan syarat diqurbankan. 

Jangan khawatir! Qurban Sahabat Peduli akan disebar sesuai dengan keinginan. In syaa Allah, dari mulai pedesaan hingga daerah yang jauh dari jangkauan, semuanya bisa merasakan daging qurban tahun ini.

Tunggu apa lagi? Sebelum kehabisan, pilih dan amankan hewan qurban incaranmu sekarang!

Transfer qurbanmu melalui:

Bank Syariah Indonesia (BSI): 

BSI: 2217081947 

a.n. Yayasan Griyabinayamuti

Konfirmasi: 085216388228_Kang Nandang


Share:

AYAT-AYAT AL-QUR'AN YANG MENJELASKAN SEPUTAR KURBAN


 AYAT-AYAT AL-QUR'AN YANG MENJELASKAN SEPUTAR KURBAN

Berkurban adalah salah satu sunah muakkad yang dianjurkan untuk dikerjakan bagi umat Islam yang mampu secara harta. Ibadah yang ditandai dengan penyembelihan hewan kurban berupa unta, sapi, kambing, atau domba ini dilaksanakan tiap tanggal 10 Zulhijah atau pada hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijah).

Ibadah kurban sendiri memang memiliki riwayat sejarah yang panjang. Awal mula hadirnya ibadah ini adalah dari Nabi Ibrahim a.s. yang diperintahkan oleh Allah Swt. untuk menyembelih putra kesayangannya Ismail. Karena ketaatan dan keikhlasan dari Nabi Ibrahim a.s., Allah Swt. pun mengganti tubuh Ismail dengan seekor kambing yang gemuk dan sehat. Beginilah awal mula sejarah dari ibadah kurban.

Ayat Al-Qur’an Tentang Kurban

Banyak dalil Al-Qur’an yang membahas perihal ibadah kurban. Berikut diantaranya:

1. Surah Al-Kautsar Ayat 2

“Maka salatlah engkau karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” (Q.S. Al-Kautsar: 2).

2. Surah Al-Hajj Ayat 34

“Dan bagi setiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), agar mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka berupa hewan ternak. Maka Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya.” (Q.S. Al-Hajj: 34).


Ikuti saksikan chanel youtube : DOA MENYEMBELIH HEWAN QURBAN


3. Surah Al-Hajj Ayat 28

"Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang diberikan Dia kepada mereka berupa hewan ternak. Maka makanlah sebagian darinya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir." (Q.S. Al-Hajj: 28).

4. Surah As-Saffat Ayat 102

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, ‘Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar." (Q.S. As-Saffat: 102).

5. Surah Al-Hajj Ayat 36

“Dan unta-unta itu Kami jadikan untukmu bagian dari syiar agama Allah, kamu banyak memperoleh kebaikan padanya. Maka sebutlah nama Allah (ketika kamu akan menyembelihnya) dalam keadaan berdiri (dan kaki-kaki telah terikat). Kemudian apabila telah rebah (mati), maka makanlah sebagiannya dan berilah makan orang yang merasa cukup dengan apa yang ada padanya (tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami tundukkan (unta-unta itu) untukmu, agar kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Hajj: 36).

7. Surah Al-An’am Ayat 162

“Katakanlah (wahai Muhammad): Sesungguhnya shalatku, nusuk/ibadah kurbanku, hidup dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam.  Tidak ada sekutu bagi-Nya, aku diperintahkan seperti itu dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri.” (Q.S. Al-An’am: 162).

Itulah beberapa ayat Al-Qur’an yang membahas seputar ibadah kurban. Semoga bisa menambah motivasi untuk menunaikan kurban di tahun ini.


8.Surah As.shafat Ayat 102-108


"Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.”"

QS. As-Saffat[37]:102

فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ 


"Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah),"

QS. As-Saffat[37]:103

وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُۙ  


"Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim,"

QS. As-Saffat[37]:104

Ayat 105-106 kaji ... sama ayah bunda sahabat...


وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ


"Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar."

QS. As-Saffat[37]:107


Yayasan griya bina yamuti selain menerima dan memyalurkan mengelola  infak, sedekah, wakaf dan dana kemanusiaan, juga meneriima dan mendistribusikan daging kurban. Sahabat bisa berkurban bersama Yayasan griya bina yamuti karena berkurban di yayasan griya bina yamuti insya Allah telah sesuai dengan syariat Islam, praktis, mudah, dan lebih bermanfaat bagi ummat.


Rek sedekah, Qurban :

BSI:2217081947

An Yayasan Griya bina yamuti

Share:

SABTU BERKAH RUMBEL KP.PANGANTOLAN

Alhamdulillah, infak sedekah yang ayah bunda sahabat Peduli amanahkan sangat bermanfaat bagi anak-anak yatim dhuafa binaan Yayasan griya bina yamuti dalam program kegiatan belajar di Rumah belajar kp.babakan pangantolan cikembar kab.sukabumi.

Anak-anak ini menapatkan bimbingan dr ustadz u.sudrajat dan bunda uyun.


 

Semoga, Sedekah donasi ini menjadi jalan keberkahan dan mengalirkan pahala tiada terputus bagi kita semu ini. Aamiin yaa Allah.

Yuk, tebarkan kebaikan lebih banyak penerima manfaat dan peduli sesama peduli yatim dhuafa  melalui:

💸Rek yayasan:

BSI:2217081947

An yayasan griya bina yamuti

📞Konfirmasi sedekah, donasi, qurban

085216388228 Nandang

Share:

Manusia adalah Makhluk Ber-Qurban

 

Manusia adalah Makhluk Ber-Qurban



Setiap tahun seluruh umat Islam di dunia merayakan hari raya Idul Adha, biasa kita kenal juga hari raya Qurban. Peristiwa ini menjadi sebuah gerakan sosial luar biasa, di Indonesia sendiri kalau kita sensus jumlah qurban Kambing/Sapi, mungkin jumlahnya bisa puluhan ribu, atau ratusan ribu, atau bahkan jutaan (saya belum menemukan data yang pasti), yang jelas sangat banyak—karena penyembelihan hewan qurban hampir dilakukan dari mulai mushola tingkat RT sampai Presiden. Magnet yang ditularkan luar biasa, semua lapisan masyarakat (bawah – atas) menikmati daging qurban. Sesungguhnya, dalam hal ini dimensi apa yang ingin disampaikan, khususnya dalam relasi umat manusia?


Menurut Pakar Tafsir, Muhammad Quraish Shihab dalam wawancaranya bersama Republika, tertanggal 18 Desember 2008, beliau menyampaikan, “Qurban adalah jenis ibadah paling tua di dunia. Filosofi dari peristiwa penyembelihan Ismail putra Nabi Ibrahim, adalah kepatuhan seorang hamba kepada Tuhannya. Ada dua hikmah dari peristiwa ini, pertama, jangan pernah menganggap sesuatu itu mahal untuk mempertahankan dan menyemarakan nilai-nilai Ilahi, dan kedua, di sisi lain jangan sekali-kali melecehkan manusia, megambil hak-hak manusia karena manusia itu makhluk agung yang dikasihi Allah. Karena kasihnya Allah kepada manusia, maka digantilah Ismail dengan seekor binatang”.


Dalam hal ini yang ingin saya kupas adalah dimensi manusia sebagai makhluk spiritual dan sosial (sebagai implementasi dari makhluk berkurban). Yang mana pada setiap diri manusia Allah SWT telah menginstal softwere/dimensi ketuhanan/dimensi kemanusiaan.


Saya teringat karya Ibn Tufail, Hayy ibn Yaqzon yang menyiratkan, “Perjalanan seorang manusia menggali pengalaman spiritualnya. Mencari jalan yang benar dengan berbagai macam tindakan dan pengamatan. Hayy adalah manusia yang hidup di hutan belantara, dan diasuh oleh Rusa, ia pun sebagai manusia yang berakal, berpikir, dan bernurani (mempunyai jiwa), mencoba menemukan kebenaran sejati melalui penghlihatannya, pendengarannya, rasionya, dan jiwanya. Hay mengamati berbagai macam kebiasaan, binatang, alam, tumbuhan, perubahan cuaca, dan berbagai macam gejala. Dan setelah melakukan perenungan panjang, akhirnya ia menemukan Sang Kebenaran, Esensi dari segala Esensi.”


Membaca cerita tersebut, banyak hal menarik, seorang manusia dalam asuhan rusa melakukan proses pencarian terhadap Sang Penciptanya. Tidak lain itu adalah dorongan spiritual manusia sebagai homo spiritus. Akan tetapi, dimensi spritual itu tidak serta merta muncul dengan sendirinya, melainkan harus melalui proses kesadaran manusia. Realitas kehidupan dengan berbagai atributnya terkadang menjadi tabir, menghabat potensi kebaikan kita. Allah SWT telah memberikan gambaran besar dalam al-Qur’an Surat Asy-Syams [91], ayat 7-10, “Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (perilaku) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.”


Dengan demikian, Allah SWT telah memberikan pelajaran/pilihan dari dua sudut yang berbeda, ketakwaan dan kefasikan (kejahatan). Sesungguhnya, semua itu terbentuk oleh bagaimana tindakan manusia dalam menjalani proses hidupnya. Apakah ia tercemari oleh virus kebaikan, atau ia memasang anti virus sebagi penghalau keburukan yang akan memengaruhinya. 


Kalau kita kaji lebih luas lagi mengenai makna spiritual, tugas spirtual manusia sejatinya mengatasi kesombongannya. Karena hakikat kenyataan, hubungan manusia tidak hanya berhenti dengan Tuhan, melainkan dengan seluruh ciptaanNya. Usaha spritual ini, yang dilakukan oleh setiap manusia sebagai strategi bagi perubahan sosial ke arah lebih baik. Artinya, kegiatan spiritual manusia harus mengisi sebagian besar wujud dan eksistensinya. Dengan demikian, momen hari raya qurban bisa dijadikan sebagai bagian dari eksistensi manusia dalam menebarkan nilai-nilai spirtualitasnya; kasih sayang, kemanfaatan, dan berbagi.


Dimensi sosial dan spiritual Membicarakan


Membicarakan apapun tentang manusia, sebetulnya bukan perkara mudah. Manusia merupakan eksemplar yang sulit dibaca, sedangkan manusia sendiri adalah “makhluk membaca”. Kita semua tahu Firman Allah yang pertama kali turun adalah perintah membaca; “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (Lih. QS. Al-‘Alaq [95]: 1-2). Hal ini menyiratkan, agama sejatinya tidak hanya terbatas pada ritualitas-ritualitas monolitik belaka, spektrumnya lebih dari itu.  Dalam penggalan ayat tersebut, ada dua prinsip penting, yaitu; keTuhanan dan kemanusiaan. Ada continum yang tak terputus, meminjam istilahnya Gus Dur, “Guru realitasku adalah spiritualitas, dan guru spiritualitasku adalah realitas.”


Beranjak dari itu semua, manusia dilahirkan dalam keadaan putih (kosong), ia belum paham dan belum mampu memahami apapun. Bertumbuhnya manusia menjadi dewasa, ia dituntut oleh fakta yang melingkarinya; agama, keluarga, budaya, dan lingkungan. Manusia akan bersinggungan dengan manusia lainnya, untuk membaca watak dan karakter. Namun, lebih dari itu, pesan Rasulullah Saw “sebaik-baiknya manusia/seideal-idealnya manusia adalah manusia yang bermanfaat.” Nabi pun berpesan kembali, “Amal manusia akan terputus kecuali tiga hal, shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang selalu mengalirkan doa kepada orang tuanya.” Telah jelas titik pijaknya; “manfaat”. 


Oleh karena itu, konsep dasarnya, membaca manusia, membaca alam, dan membaca seluruh ciptaan Tuhan, standarnya adalah “kemanfaatan”, lebih tepatnya “manfaat untuk kebaikan” dan “baik untuk kemanfatan”.  Kemanfatan identik dengan “pengorbanan”, baik itu secara ensensi maupun simbol. Bisa dikatakan untuk mencapai kemanfaatan yang agung, manusia kadang harus melakukan pengorbanan, atau berkurban; berkurban menenggelamkan hawa nafsu, berkurban dari hal-hal negatif, dan sebagainya. 


Seperti apa yang diisyaratkan dari definisi Idul Adha itu sendiri, Idul Adha yang terdiri dari dua suku kata berasal dari bahasa Arab. Pertama idul bersal dari kata ‘aada-ya’uudu-awdatan wa ‘idan yang berarti kembali. Sedangkan adhaakar katanya yaitu adha-yudhii-udhiyatan yang berarti berkorban. Kalau kita bedah lebih lanjut lagi, kurban secara bahasa juga berasal dari bahasa Arab qurbaan yang asalanya adalah qaruba-yaqrubu-qurbaan artinya kedekatan yang sangat.  Kata qurbaan adalah bentuk tafdhil menunjukan penguatan terhadap sifat yang dikandung kata tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan, berqurban dengan ikhlas dan tulus, tanpa embel-embel legitimasi dari pihak manapun seorang hamba akan semakin dekat (qariib) dengan Allah Swt; Sungguh shalatku, pengorbananku, hidup dan matiku hanyalah milik Allah, Tuhan seluruh alam.


Oleh karena itu, dalam Idul Qurban kita diingatkan banyak hal, khsusnya ajaran tentang iman, islam, dan ikhsan. Hal tersebut menyiratkan qurban mempunyai dimensi spiritual dan sosial. Di mana visi kultural dari qurban adalah merajut “rukun sosial”. Dalam dimensi spiritual, kita semua tahu bagaimana awal mula ibadah qurban itu terlahir. Di mulai dari mimpi Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya Ismail. Perintah Tuhan ini oleh Nabi Ibrhamin disampaikan kepada Ismail dengan berdiskusi, dan tanpa pikir panjang Ismail sebagai hamba yang dipuji Allah (karena sabarnya) meng-“iya”-kan apa yang telah menjadi perintah Allah SWT.Kemudian Ibrahim dan Ismail menentukan tempat penyembelihannya, akhirnya diputuskan pada tanggal 10 Zulhijah dan bertempat di Mina. 


Perjalanan Nabi Ibrahim dan Ismail ke Mina banyak gangguan yang datang, setan-setan itu pun mencoba menggagalkan ritual agung dari perintah Tuhan. Namun, setan-setan itu dikisahkan dilempari batu oleh Ibrahim dan Ismail, dan peristiwa itu dikenal sebagai melontar jumrah dalam ibadah Haji.  Sesampainya di tempat, Ibrahim mengambil posisi membaringkan Ismail di bongkahan batu, sambil matanya di tutup dan tangannya diikat ke belakang. Namun, pedang hampir saja dihunus, Malaikat Jibril membawa pesan dari Allah SWT harap mengganti sesembelihan itu dengan binatang. Peristiwa itu yang sekarang kita kenal dengan Ibadah Qurban. Di awali dari keikhlasan, kesabaran, dan ketulusan seorang ayah dan anaknya, qurban menjadi perantara pendekatan diri kita terhadap Sang Pencipta. (Lih. QS. Ash-Shaffat [37]: 102-107).


Sekarang kita coba tarik pada dimensi sosial, kita semua pasti sepakat, berbagi untuk tolong menolong adalah kebaikan. Tidak ada yang sia-sia dalam memberi. Apalagi al-Quran telah mengamanatkan kepada kita semua, “tolong-menolonglah untuk berbuat baik dan takwa”. Qurban bagian dari pendidikan tolong menolong, di mana kita diajarkan untuk berbagi dengan nilai yang tidak biasa. Biasanya kita hanya memasukan uang di kotak amal 1.000/2.000, namun dalam ibadah Qurban kita melakukannya lebih dari itu, dengan tujuan mensemarakan cinta kasih dalam lingkungan masyarakat. 


Apalagi di era modern ini, tidak mudah mendorong manusia untuk “memberi lebih”, kebanyakan dari mereka “ingin menerima lebih”. Identitas itulah yang sekarang terbangun, sehingga menumbuhkan sikap rakus dalam diri manusia modern, tidak lagi memerhatikan nilai-nilai dan kualitas hidup bersama.  Saya teringat dengan kata Sally Koch, “Great opportunities to-help other seldom come, but small ones surround us every day.” (Sangat jarang kita kedatangan kesempatan luar biasa untuk membantu orang lain, tetapi kita menemukan hal yang kecil-kecil setiap hari). 


Idul Qurban adalah kesempatan luar biasa bagi kita untuk memberi/berbagi dengan orang lain, karena hanya datang setahun sekali. Jika kita tinjau menurut kajian psikologi, seperti yang diutarakan oleh Stephen Post dan Jill Neimark dalam bukunya Why Good Things Happen to Good People (2011), menuliskan, sungguh memberi akan merubah diri kita menjadi lebih senang, lebih bahagia, lebih sehat, dan serasa hidup lebih abadi. Perantara memberi itu juga yang akan menghancurkan sifat-sifat negatif kita yang terus bergemuruh, seperti hawa nafsu, sombong, iri hati, dengki, yang tentu menyumbangkan terlahirnya berbagai penyakit fisik dan mental.


Memberi di sini sejatinya harus dimaknai tidak sekedar memberi, namun mempunyai dimensi lain, yaitu sebagai pijakan menumbuhkan kesadaran sosial, keakraban dengan sesama manusia, dan kerukunan antar tetangga. Banyak “jebakan” dalam akitiftas memberi jika tidak dibarengi dengan keinginan membangun.  Yang terpenting adalah membangun kesadaran di setiap diri manusia, bahwa “manusia adalah makhluk berqurban (baca: berkorban)”, dalam hal apapun demi menebar kebaikan dan kemanfaatan.


Tulisan ini akan ditutup dengan petuah dari Ayah saya yang baru saja saya terima, “Jika kita belum mampu menyembelih hewan qurban, maka sembelihlah sifat sombong dan sum’ah dalam diri kita, jika kita belum mampu melempar Jumroh ‘Aqobah, maka lemparlah sifat kebencian dan egoisme dalam hati kita, dan jika kita belum mampu mengelilingi Ka’bah atau thawaf ifadzoh, maka kelilingilah tempat sanak saudara, tetangga, dan sahabat, untuk menjalin ukhuwah, serta berbagilah dengan sesama.” Selamat menyambut Hari Raya ‘Idil Qurban 1438 H. 


Dikutip dari Nu-Online


Penulis Aswab Mahasin

adalah Dewan Pengasuh Pondok Pesantren, Darussa’adah Kebumen, Jawa Tengah.


Share:

Kegiatan Bulan Desember

Kegiatan Terbaru

SEDIKIT DEMI SEDIKIT LAMA-LAMA JADI SELANGIT

  Kisah Albert Lexia dari Pennsylvania, Amerika Serikat, menggerakkan hati banyak orang. Ia menghabiskan 30 tahun hidupnya sebagai penyemir ...